Memburu Kabar

Memburu Kabar
@PakuanUniversity

Sabtu, 16 April 2011

Perjalanan hidup

Sang Juara

Jari-jari lentiknya selalu memainkan piano. Tak jarang perempuan bernama Nanda ini selalu mengikuti lomba, hingga ia memenangi beberapa kejuaraan tingkat  nasional bahkan tingkat internasional. Namun kini jari- jari lentik itu tak bisa menari lagi di atas piano. Setelah perempuan berusia 16 tahun ini mengalami kecelakaan lalu lintas ketika ia sepulang memenangi perlombaan tingkat dunia. Dari bandara Soekarno Hatta menuju Bogor,  kendaraan mengalami kecelakaan  akibat tabrakan beruntun yang terjadi di jalan pajajaran Bogor. Akibat kejadian itu sedikitnya tiga orang meninggal dan empat orang mengalami luka berat diantarannya ibu dari Nanda meningggal, sementara Nanda sendiri mengalami luka dan diponis lumpuh dikedua tangannya.
Kesedihan yang amat dirasakan Nanda begitu berat setelah meninggal ibundanya, begitu juga dengan kedua tangannya yang tak bisa bermain piano lagi untuk seumur hidupnya. Setiap harinya Nanda menghabiskan waktu dirumah dengan hanya memandangi piano dan piala-pialanya. Hal itu membuatnya dirundung kesedihan berlarut-larut. Namun kesedihan itu berlalu setelah Nanda melihat tayangan Televisi yang menayangkan seseorang melukis dengan kedua kakinya, karena tidak mempunyai tangan. Sehingga menginspirasi hidupnya, hasrat untuk bermain piano kembali lagi dengan semangat. Ia hanya bisa menggunakan kedua kakinya, walaupun susah ia tekuni setiap hari mencoba dan terus mencoba. Meskipun sulit Nanda tak patah arang untuk berlatih bermain piano dengan kedua kakinya.
Dua tahun berlalu akhirnya Nanda bisa memainkan beberapa lagu, diantaranya lagu Bunda ciptaan Melly Goeslaw yang diperuntukan khusus kepada almarhum ibunya. Dengan bakatnya yang unik, seorang pianis yang memainkan piano dengan kedua kakinya mendapat perhatian dari masyarakat. kejuaraan piano ia  ikuti lagi meskipun dengan peserta pianis normal. Dengan bakatnya yang unik ia mendapat perhatian dari para juri hingga ia kembali menjadi sang juara. Semangat bermusik itu kembali lagi seperti dulu meskipun dengan kondisi yang berbeda. Ia terus jalani dengan nada-nada hidupnya dan percaya bahwa Tuhan memberikan karunia yang indah kepada hidupnya.

jurnalistik sastrawi

Pelukis Jalanan

Lelaki setengah baya itu sesekali menuangkan cat di atas papan bundar. Dioleskannya kuas dengan luwes di atas kanvas putih dengan konsentrasi melihat selembar poto perempuan. Di bawah rimbunnya pohon bambu dan di pinggiran pagar Kebun Raya di Jl Ir. H. Djuanda, di sini Deni selalu mangkal setiap hari bersama pelukis jalanan lainnya.
Datang menghampiri seorang perempuan berseragam SMA yang ada di poto tadi setelah memberikan potonya sejak hari kemarin, ”Mas lukisan saya sudah selesai?”sembari menorehkan kuas Deni menjawab, ”sebentar lagi selesai ko, sekitar sepuluh menit lagi”. perempuan itu-pun duduk di samping Deni sembari memandangi lukisan dirinya. Datang lagi sepasang Ayah dan Anak yang ingin di lukis Deni, ”Mas, bisa lukisin Saya dan Anak saya?” Deni menjawab,” bisa Pak, sebentar lagi ya”. Mereka menunggu antrian sembari merapihkan rambut dan pakaiannya.  Sepuluh menit berlalu akhirnya Ayah dan Anak itu dilukis dengan keadaan berdekapan.
Setiap satu lukisan dihargainya Rp.200.000,- tergantung kesulitan dan bahan yang dipakai namun harganya bisa berubah. Karena lukisan yang dijajakan para pelukis sangat bagus termasuk Deni. Tak jarang pejalan kaki-pun sejenak berhenti melangkahkan kakinya untuk melihat lukisan-lukisan yang dipajang di pagar, tak jarang pula mereka ingin dilukis. Ramai berlalu lalang kendaraan tak menggganggu konsentrasi para pelukis ini untuk melukis.
Hari itu Deni dan teman-temannya terganggu dan terpaksa berhenti sementara untuk melukis, karena langit hitam pekat menjatuhkan butiran-butiran air-nya ke Bumi. ”julukannya saja Kota hujan selain Kota Angkot”, ujarnya Dadang seorang pelukis dari Bandung sembari tertawa kecil. Hujan-pun reda, dilanjutkannya lukisan yang baru setengah jadi itu. Bosan melanda Anak tadi sehingga sang Ayah merayunya dengan sebuah permen lolipop, walaupun sedikit mengganggu dengan hasil lukisannya. Lukisan-pun selesai dikerjakannya dan sang surya hari itu sudah mulai beranjak meingggalkan tugas menyebarkan sinar dan panasnya. Deni bersama yang lainnya bergegas merapihkan perlengkapan melukisnya, dan mengantongi beberapa lembaran Rupiah hasil torehan lukisannya tadi untuk dibawa pulang.